Semangat persaudaraan orang Sasak terbilang sangat
tinggi. Tapi sayang, seringkali tidak diungkapkan secara terbuka, melainkan
lebih banyak berupa ekspresi melalui bahasa tubuh (body language) atau sekedar
tersenyum. Ketika bertemu atau setelah akan berpisah/berpamitan, secara
kultural, orang Sasak tidak mengenal ucapan yang spesipik. Kalau bertamu
misalnya. Orang Sasak akan ‘berdehem’ di depan rumah orang yang akan dikunjungi
untuk memberi isyarat pada tuan rumah bahwa, ada orang yang datang.
Begitu
mendengar suara orang mendehem, tuan rumah pun akan bertanya, siapa gerangan
diluar, seraya menuju pintu rumah untuk membuka pintu dan mempersilahkan
tamunya masuk. Begitupun ketika akan berpamitan, tidak dikenal ucapan yang
standar, melainkan dengan isyarat-isyarat tertentu, misalnya dengan mengatakan,
waktu telah larut, telah tiba atau akan habis waktu sholat, atau menyatakan
bahwa, urusan telah rampung. Tapi semua itu berlangsung dulu. Adat dan tradisi,
juga mengikuti perkembangan. Mereka akan menyapa dengan kata salam; Assalamualaikum ketika bertemu satu sama
lain atau hendak bertamu. Dan akan menyatakan, saya pamit atau dalam bahasa
Sasak sehari-hari; Tiang Pamit atau Tunas Pamit. Kemudian ditutup lagi dengan
ucapan Assalamualaikum.